Translate

Kamis, 06 Desember 2012

Teori Belajar Menurut Thorndike

Menurut Thorndike Belajar adalah proses interaksi antara stumulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat di tangkap melalui alat indra. Respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau gerak/tindakan.
Dari definisi belajar tersebut maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud konkrit yaitu dapat diamati, atau tidak konkrit yang tidak dapat di amati. Meskipun aliran behavioristik sangat mengutamakan pengukuran, namun ia tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku-tingkah laku yang tidak dapat diamati.  Namun demikian, teorinya telah banyak memberikan pemikiran dan inspirasi kepada tokoh-tokoh lain yang datang kemudian.  Teori Thorndike ini disebut juga sebagai aliran Koneksionisme (Connectionism)
 
Sumber: http://weblogask.blogspot.com/2012/10/teori-belajar-menurut-thorndike.html

Teori Belajar Menurut Watson

Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati.
Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan dapat diukur. Asumsinya bahwa, hanya dengan cara demikianlah maka akan dapat diramalkan perubahan-perubahan apa yang bakal terjadi setelah seseorang melakukan tindak belajar. Para tokoh aliran behavioristik cenderung untuk tidak memperhatikan hal-hal yang tidak dapat diukur dan tidak dapat diamati, seperti perubahan-perubahan mental yang terjadi ketika belajar, walaupun demikian mereka tetap mengakui hal itu penting.
 
Sumber:  http://weblogask.blogspot.com/2012/10/teori-belajar-menurut-watson.html

Teori Belajar Menurut Clark Hull

Teori Belajar Menurut Clark Hull - Clark Hull menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar.  Namun ia sangat terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin.  Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia.
Oleh karena itu, teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.  Dalam kenyataannya, teori-teori demikian tidak banyak digunakan dalam kehidupan praktis, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya.  Namun teori ini masih sering dipergunakan dalam berbagai eksprimen di laboratorium.

Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie - Edwin Guthrie menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar.  Namun ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana yang dijelaskan oleh Clark dan Hull.  Dijelaskannya bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap.   Edwin Guthrie juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut.   Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar.  Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang.  Namun setelah Skinner mengemukakan dan mempopulerkan akan pentingnya penguatan (reinforcemant) dalam teori belajarnya, maka hukuman tidak lagi dipentingkan dalam belajar.

Rabu, 05 Desember 2012

Hasil Belajar Matematika



Dalam proses belajar matematika, ada kegiatan utama yaitu belajar bagi peserta didik dan mengajar oleh guru. Peserta didik belajar karena ingin mencapai hasil atau nilai yang baik, sedangkan guru mengajar karena ingin melihat peserta didik itu memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Benyamin S. Bloom (Sagala, 2010: 33) mengemukakan bahwa  hasil belajar dibagi kedalam tiga kawasan (domain), yaitu: (1) domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan; (2) domain afektif mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati suatu hal; dan (3) domain psikomotoris mencakup kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan.
Menurut Sudjana (1999: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Bahri (Irna, 2011: 6) “hasil belajar adalah taraf kemampuan aktual yang bersifat terukur berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap interpretasi yang dicapai oleh siswa dan apa yang dihadapi siswa di sekolah
Abidin (2012: 4) mengemukakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dalam diri siswa itu sendiri dan faktor dari luar siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan-kemampuan yang dimilkinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang ingin dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki oleh siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan lain-lain.
 Menurut Keller (Hartina, 2009: 23) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, sedangkan usaha adalah perubahan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Ini berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak. Hasil belajar matematika adalah tingkatan keberhasilan yang dapat dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu usaha tertentu. Dalam kaitan dengan belajar berarti hasil tersebut menunjukkan tingkatan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam interval tertentu.
Sedangkan Burton (Hamalik, 2006: 31) mengemukakan bahwa  hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. Hasil-hasil belajar diterima oleh peserta didik apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.
 Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika yaitu tingkat penguasaaan peserta didik terhadap pelajaran matematika setelah memperoleh pengalaman atau proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu yang akan diperlihatkan dengan menyelesaikan soal-soal sesuai dengan materi yang telah dipelajari dengan penilaian tertentu sebagai alat ukur keberhasilan.

Sumber: Muh. Dian Taufiq (Metode Studi Mandiri. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Parepare)

Belajar Matematika

Siri Dangnga (2010: 126) mengemukakan bahwa belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan nilai. Selama berlangsungnya kegiatan belajar, terjadi proses interaksi antara orang yang melakukan kegiatan belajar (peserta didik)  baik sebagai manusia yang berfungsi sebagai pendidik maupun non manusia sperti buku, TV, dll.
            Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or stengthening of behavior trough experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.
            Menurut Gagne (Dahar, 1998: 12) bahwa “belajar dapat didefenisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
            Selanjutnya Cronbach (Sardiman, 2007: 8) berpendapat bahwa “ learning is shown by a change in behaviour as result of experience”, belajar yang efektif adalah melalui pengalaman.
            Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang disebabkan karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya yang terjadi dalam diri seseorang yang berlangsung dalam jangka waktu lama baik melalui latihan maupun pengalaman-pengalaman yang pernah dialami.
            Menurut Bruner (Dasria, 2011: 5 ) bahwa “belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu, dalam mempelajari matematika harus didasari apa yang diketahui sebelumnya, karena itu matematika harus dilakukan secara kontiniu”.
            Menurut Schoenfeld (Hamzah, 2007: 130) bahwa “belajar matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan dan memecahkan masalah, matematika melibatkan pengamatan, penyelidikan, dan keterkaitannya dengan fenomena fisik dan sosial”. Hakekat belajar matematika adalah suatu aktivitas mental yang tinggi karena berkenaan dengan ide-ide, simbol-simbol yang abstrak, dan tersusun secara hierarki serta pelaksanaannya deduktif. Mempelajari matematika tidak cukup hanya dipelajari dengan membaca saja dan memahami definisi, untuk memahami konsep matematika diperlukan wawasan, ketekunan, dan banyak menyelesaikan soal-soal latihan.
            Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar matematika adalah suatu proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan dalam memahami struktur-struktur, konsep-konsep, simbol-simbol yang ada dalam materi pelajaran matematika.

Sumber: Muh. Dian Taufiq (Metode Studi Mandiri. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Parepare)

Pengertian Matematika

Kata matematika berasal dari perkataan latin matematika yang mulanya diambil dari perkataan yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal kata dari mathema yang berarti pengetahuan dan ilmu atau knowledge, science. Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar atau berpikir.
Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir atau bernalar. Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio atau penalaran, bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran. Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa matematika atau notasi matematika yang bernilai global (universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika. Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein dan mathenem yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi.
Pendefinisian matematika sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat, namun demikian dapat dikenal melalui karakteristiknya. Sedangkan karakteristik matematika dapat dipahami melalui hakekat matematika.
Hudoyo mengemukakan bahwa hakikat matematika berkenan dengan ide-ide, struktur- struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak. Selanjutnya dikemukakan bahwa apabila matematika dipandang sebagai struktur dari hubungan-hubungan maka simbol- simbol formal diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi di dalam struktur-struktur. Sedang Soedjadi berpendapat bahwa simbol-simbol di dalam matematika umumnya masih kosong dari arti sehingga dapat diberi arti sesuai dengan lingkup semestanya.
Berdasarkan uraian di atas, agar supaya simbol itu berarti maka kita harus memahami ide yang terkandung di dalam simbol tersebut. Karena itu, hal terpenting adalah bahwa ide harus dipahami sebelum ide itu sendiri disimbolkan. Misalnya simbol (x, y) merupakan pasangan simbol “x” dan “y” yang masih kosong dari arti. Apabila konsep tersebut dipakai dalam geometri analitik bidang, dapat diartikan sebagai kordinat titik, contohnya A(1,2), B(6,9), titik A (1,2) titik A terletak pada perpotongan garis X = 1 dan y = 2 titik B( 6, 9) artinya titik B terletak pada perpotongan garis X = 6 dan y = 9. Hubungan–hubungan dengan simbol-simbol dan kemudian mengaplikasikan konsep-konsep yang dihasilkan kesituasi yang nyata.
1. Definisi para ahli mengenai Matematika
a. Nasution, 1980
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein dan mathenem yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi.
b. James dan James, 1976
Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.
c. Russefendi, 1989
Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil yang dibuktikan kebenarannya, sehingga matematika disebut ilmu deduktif.
d. Johnson dan Rising, 1972 dalam Rusefendi, 1988
Matematika merupakan pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian logic, pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat sifat-sifat, teori-teori di buat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
e. Kline, 1973, dalam Rusefendi, 1988
Matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya karena untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.
f. Dienes , dalam Ruseffendi, 1988
Matematika adalah ilmu seni kreatif. Oleh karena itu, matematika harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni.
g. Sujono, 1988
Mengemukakan beberapa pengertian matematika. Di antaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.
h. Bourne, dalam Romberg, 1992
Matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pebelajar dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berbeda dengan pengertian knowing that yang dianut oleh kaum absoluitis, di mana pebelajar dipandang sebagai mahluk yang pasif dan seenaknya dapat diisi informasi dari tindakan hingga tujuan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Ciri khas matematika yang deduktif aksiomatis ini harus diketahui oleh guru sehingga mereka dapat membelajarkan matematika dengan tepat, mulai dari konsep-konsep sederhana sampai yang kompleks.


Sumber: arifinmuslim.wordpress.com/2011/11/12/hakikat-matematika/ 

Selasa, 04 Desember 2012

Pengertian Hasi Belajar Menurut Para Ahli

 Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.


Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya.

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.

Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :
  • Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
  • Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut.
  • Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
  • Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
  • Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
  • Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
  • Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya


sumber: http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html

Pengertian Belajar dan Ciri-ciri Belajar

PENGERTIAN BELAJAR

A. Pengertian belajar menurut kamus bahasa Indonesia :

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

B. Pengertian belajar menurut beberapa ahli :
1. Menurut james O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

2. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.

3. Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

4. Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

5. Drs. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu  itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

6. (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
Belajar adalah  serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

7. R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) hal 22. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku

8. Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafaln

9. Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi.

10. Lester D. Crow and Alice Crow (WWW. Google.com) Belajar adalah acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.

11. Ngalim Purwanto (1992) (WWW. Google.com) Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman.

 CIRI-CIRI BELAJAR

Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki keinginan untuk belajar:

1. Adanya dorongan rasa ingin tahu

2. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya.

3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri.

4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya.

5. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.

6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.

7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.

8. Untuk mengisi waktu luang.


sumber: http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/

Minggu, 02 Desember 2012

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match

Siswa mengambil kartu
Guru dalam melaksanakan pembelajaran sering hanya menggunakan satu metode saja yaitu ceramah. Atau dalam pembelajarannya tidak menggunakan alat peraga sehingga pembelajaran yang dilaksanakan tidak menarik minat siswa untuk belajar, karena pembelajaran tersebut tidak memberi kesempatan bagi siswa untuk aktif.

Mendapat poin
Di dalam perkembangan pembelajaran sekarang ini, banyak model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif sehingga siswa tertarik dan tidak merasa bosan. salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
a.       Pengertian Pembelajaran Koperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan system pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok. (Sugandi dalam Tukiran T, dkk, 2011: 55).
Jadi model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.
b.      Pengertian Make a Match
 Make a match atau mencari pasangan adalah model pembelajaran kooperatif dengan cara mencari pasangan soal/jawaban yang tepat, siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu akan mendapat poin.
Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban dan dibacakan di depan kelas.
c.       Kelebihan dan kekurangan make a match
Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah : 1) mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan; 2) materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa lebih menarik perhatian; 3) mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal.
Kekurangan make a match adalah 1) diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan; 2) waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa bermain-main dalam pembelajaran; 3) guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai.
d.      Langkah-langkah model Pembelajaran Make a Match
1)      Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaiknya satu bagian kartu berisi soal dan bagian lainnya berisi jawaban.
2)      Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3)      Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
4)      Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
5)      Setetelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
6)      Demikian seterusnya; 7) Kesimpulan /penutup

Daftar Pustaka:
Nurani, http://nurani-mustintin.blogspot.com/2012/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-make- match.html